1 Simbol-simbol Budaya Dr. Fitri Yanti, MA. 2. Setiap unsur suatu kebudayaan juga disebut simbol, dan ada suatu di antara banyak unsur kebudayaan yang berfungsi sebagai pusat untuk mengintegrasikan unsur yakni unsur upacara symbol dimaksud adalah dapat berupa: benda,peristiwa,tingkah laku dan upacara-upacara. 3.
Budaya atau yang dikenal dengan kebudayaan diartikan oleh seorang ahli antropolog Geertz sebagai suatu pola dari makna-makna yang tertuang dalam bentuk simbol-simbol yang diwariskan melalui adalah sistem yang terbangun melalui manusia dalam berkomunikasi, mengekalkan, dan mengembangkan pengetahuan tentang kebudayaan itu sendiri dan cara manusia mengambil sikap dalam menghadapi kehidupan Syam yang juga seorang ahli antroplog mengatakan bahwa simbol adalah cara mengungkapkan sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat dikatakan berbudaya, berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai simbol melalui jalinan interaksi sosial yang demikian, simbol dalam budaya dapat diartikan sebagai sebuah petunjuk dalam memperluas cakrawala wawasan para masyarakat agar selalu berbudaya. Pada dasarnya simbol dalam budaya sebenarnya dapat dimaknai dalam bentuk tersebut adalah bahasa verbal maupun bentuk bahasa non verbal pada pemaknaannya dan wujud riil dari akibat interaksi simbol ini terjadi dalam kegiatan komunikasi. Beberapa contoh simbol dalam budaya beserta makna dan fungsinya yaitu BahasaBahasa merupakan suatu simbol dalam budaya yang pertama kali ada sebelum simbol lainnya. Salah satu fungsi penting dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sendiri memiliki pengertian sebagai alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk satuan-satuan, baik dalam bentuk kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diungkapkan baik secara lisan maupun menurut Linguistik Sistem Fungsional LSF bahasa adalah suatu bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang dapat digunakan baik secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya bahasa manusia dapat mengungkapkan apa yang dirasa, dilihat, dan menjelaskan tentang kondisi dalam adalah simbol kebudayaan tertua dan terpenting sejauh ini. Hal ini dikarenakan semua hal yang ada dibumi ini akan tersampaikan dengan baik apabila bahasa pengantar yang digunakan dapat dimengerti dengan mudah antara satu orang dengan orang bagian dari simbol kebudayaan, bahasa telah berkembang dengan baik dan memiliki jumlah ribuan jenis. Ribuan jenis bahasa bahkan telah memiliki sistemnya tersendiri hingga membentuk suatu tata sendiri memiliki dua hal penting yang harus digaris bawahi yaitu yang pertama, secara sistematik bahasa merupakan wacana atau teks yang terdiri dari sistem unit kebahasaan yang secara hirarkis bekerja secara simultan dari sistem yang lebih rendah, fonologi/ grafologi, menuju sistem yang lebih tinggi, struktur teks, dan semantik level dalam bahasa itu sendiri tidak dapat dipisahkan karena memiliki peranan yang saling terkait dalam membentuk bahasa itu sendiri dalam bentuk suatu wacana secara holistik. Kedua, secara fungsional bahasa digunakan untuk mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial didalam konteks situasi dan konteks simbol budaya bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Dalam ketiga fungsinya bahasa disebut memiliki fungsi sebagai metafungsi dan ketiga fungsi bahasa tersebut menunjukkan realitas yang ini dapat dijelaskan bahwa bahasa merupakan konstruksi realitas fisik/biologis, realitas sosial, dan realitas simbol yang bersama-sama menjadi fondasi tempat fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual bekerja sehingga dapat membentuk suatu simbol dari sebagai sebuah lambang bunyi yang bermakna arbitrer, konvensional, produktif serta dinamis mempunyai banyak fungsi. Menurut Dell Hymes 1964 ada lima fungsi bahasa, yaituMenyesuaikan diri dengan norma-norma sosialMenyampaikan pengalaman tentang keindahan, kebaikan, keluhuran budiMengatur kontak sosialMengatur perilakuMengungkapkan perasaanNormaNorma adalah suatu hal atau tindakan maupun kata-kata yang dihasilkan dari kebiasaan suatu masyarakat tertentu. Banyak para ahli yang mendefinisikan norma sesuai dengan keilmuan yang T. Scaefer dan Robert P. Lamm mendefinisikan norma sebagi suatu perilaku standar yang telah mapan dan terus dipelihara oleh masyarakat. Pada buku Sosiologi Pedesaan 2022 yang ditulis oleh Sriyana menyatakan bahwa Craig Calhoun mendefinisikan norma sebagai pedoman atau aturan yang menyatakan bagaimana seorang indvidu dalam bertindak pada suatu situasi ditengah Utrecht Ernst Utrecht mendefinisikan norma sebagai segala himpunan petunjuk hidup yang digunakan untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Petunjuk itu juga dipakai dalam mengatur kehidupan bangsa, dan harus ditaati oleh melanggar, akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh individu yang melakukan pelanggaran tersebut. Sedangkan, Bellebaum menyimpulkan bahwa norma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengatur kehidupan tiap individu pada suatu lingkungan jelasnya Bellebaum berpendapat bahwa norma mengatur tiap-tiap individu untuk bertindak atau berperilaku sesuai sikap dan keyakinan yang berlaku di suatu wilayah. Norma memiliki makna aturan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia berupa perintah, larangan serta sanksi. Berbeda dengan Hans Kelsen yang mendefinisikan norma sebagai perintah tidak personal dan berbagai definisi tentang norma adapun fungsi dari norma itu sendiri, yaituMewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan lebih tertib sehingga kehidupan antar individu lebih tertib dan tentramSebagai suatu peraturan tidak tertulis yang mengatur segala perbuatan manusia untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan impian masyarakat sekitarMembantu sekelompok masyarakat untuk mencapai tujuan dan kesepakatan yang telah dibuat bersamaNorma dapat dijadikan sebagai patokan petunjuk atau pedoman yang digunakan oleh masyarakat untuk menjalani kehidupan bermasyarakat sebagai individu yang memiliki keteraturanDapat dijadikan sebagai suatu alat tak benda yang dapat digunakan untuk mengatur kehidupan manusiaNorma dijadikan suatu batasan tertentu dimana para pelanggarnya akan diberikan konsekuensi yang sesuaiDigunakan sebagai suatu alat tak benda agar seorang individu dengan mudah beradaptasi disuatu lingkungan baru sesuai dengan aturan yang ada ditempat tersebutAdat IstiadatAdat istiadat adalah simbol dari kebudyaan yang lahir hampir bersamaan dengan norma. Pada dasarnya adat istiadat sendiri terlahir dari kumpulan suatu norma yang berlaku pada suatu masyarakat. Pada suatu daerah yang kaya akan budaya pasti kaya juga akan adat Kamus Besar Bahasa Indonesia adat istiadat adalah tata kelakukan yang kekal dan turun temurun dari suatu generasi ke generasi lainnya sebagai warisan, sehingga memiliki integrasi yang kuat dengan pola perilaku istiadat bermakna sebagai aturan tingkah laku yang dianut secara turun temurun dan berlaku sejak lama, yang sifat dari aturannya ketat dan mengikat. Ada beberapa pendapat yang menyatakat bahwa adat istiadat sama seperti dengan berpendapat bahwa adat istiadat memiliki pengaruh dan ikatan yang kuat dengan masyarakat. Sedangkan, Raden Seopomo menyatakan bahwa adat istiadat merupakan suatu yang lahir dari hukum adat atau secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai suatu hukum tidak yang terkenal sebagi antropolog Indonesia mendefinisikan adat istiadat sebagai perwujudan dari kebudayaan atau gambaran suatu tata kelakuan masyarakat tertentu yang melahirkan suatu kebiasaan istiadat sendiri berfungsi sebagai peraturan tidak tertulis pada suatu daerah dimana masyrakatnya wajib mematuhinya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagaiman masyarakat daerah tersebut inginkan.
Geertz(dalam Sobur, 2006: 178) mengatakan bahwa kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah sistem dari konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui mana manusia berkomunikasi, mengekalkan, dan memerkembangkan pengetahuan tentang kebudayaan dan bersikap terhadap
Jika kebudayaan dilihat sebagai sistem tanda, maka setiap gejala alamiah dan biologis adalah penanda yang akan memiliki makna. Fungsi tanda, secara sistemik berubah menjadi ekspresi simbolik sebagai objek representasional yang kerap muncul dalam ruang kebudayaannya. Simbol memiliki fungsi etik dan perilaku, termasuk model estetik, di mana hamparan kondisi alam menjadi implikasi dalam pembentukan dan orientasi pengendaliannya. Melalui daya imajinatif, ekspresi simbolik difungsikan sebagai signal, simbol, atau lambang, baik dalam bentuk verbal maupun visual, memiliki makna yang ambigu, tidak sama persis, metaforik, alegoris, asosiatif, figuratif, dan konotatif. Lebih jauh, simbol tidak hanya merepresentasikan gejala alamiah, juga memperlihatkan bentuk manifestasi kolektif yang menandai karakteristik kebudayaan dan peristiwa istimewa. Lambang pada awalnya digunakan oleh sekelompok masyarakat sebagai penanda kehadiran atau pembeda. Pada perkembangannya, lambang berfungsi sebagai penanda status sosial atau kekuasaan, sehingga penggunaannya dapat ditemukan pada lembaga suprematif, seperti kerajaan, militer, atau Pemerintahan moderen. Di wilayah Jepang, lambang dikenal dengan istilah Monsho. Bangsa Mongol mengenalnya dengan Tamga. Tughra digunakan kekaisaran Ottoman sebagai segel kekuasaan. Di wilayah Eropa dikenal istilah Heraldry atau Coat of Arms. Identitas visual yang muncul pada lambang secara umum memuat narasi sejarah yang menyertai kehidupan masyarakatnya, seperti kisah penaklukan, perjuangan, kepahlawanan, spiritual, atau mitologi. Ekspresi Simbolik Ikon, Ikonologi, Ikonografi Simbol adalah objek representasional yang bekerja sebagai sistem signifikasi. Secara keilmuan, identifikasi terhadap objek ini memiliki dimensi pemahaman yang beragam, terutama dalam kerangka terminologis. Meskipun tidak berpengaruh besar dalam aspek pragmatikanya, Qur'ana dan Sidik 2020 memperlihatkan bagaimana persoalan terminologi telah mengaburkan definisi dan fungsi. Apabila mengacu pada terjemahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Lambang bekerja secara metaforis, secara umum berada dalam ranah linguosemiotik. Padanan kata lambang dalam KBBI mencakup atribut, cap, emblem, ikon, karakter, kode, markah, petunjuk, simbol, sinyal, dan tanda. Lebih lanjut, Qur'ana dan Sidik menjelaskan, perbedaan Lambang dan Logo didasari kepentingan fungsi internal dan ekternal. Dunia seni adalah bidang pengetahuan yang dipenuhi simbol. Maksimenko dan Khromenkov 2019 menganggap perluasan konsep simbol ke dalam bentuk lambang merupakan proses yang mengabungkan bahasa, mitos, sejarah, dan seni, sehingga dapat menjadi bentuk simbolik, sebagai objek representasi kultural. Dalam kerangka semiotik dan hermeneutik, lambang adalah kode budaya yang berada dalam ruang semiosfer spesifik, keberadaannya tidak hanya memiliki konstruksi makna filosofis, bentuk manifestasinya memuat unsur semantik yang memerlukan interpretasi lain. Mekanisme dalam sistem komunikasi menggambarkan proses menyampaikan informasi dalam konteks berbagi keyakinan. Sehingga secara kultural, Carey 2009, hlm. 19 mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses simbolik di mana realitas diproduksi, dirawat, diperbaiki, dan dimodifikasi. Ekspresi simbolik menunjukan gejala produksi tanda untuk mendeskripsikan pengalaman dalam memandang, mengobservasi, dan mengawasi dunia melalui simbol linguistik maupun simbol visual. To read the file of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this publication. Peeter ToropThe interpretation of cultural history in the context of cultural semiotics, especially interpretation of semiotics of cultural history as a semiotics of culture, and semiotics of culture as a semiotics of cultural history, gives us, first, a deeper understanding of the analysability of cultural history and, at the same time, of the importance of history and different aspects of temporality for the semiotics of culture. Second, the history of the semiotics of culture, especially the semiotics of culture of the Tartu-Moscow School of Semiotics, is an organic part of cultural history, while the self-presentation of the school via establishing explicit and implicit contacts with the heritage of Russian theory the Formalist School, the Bakhtin circle, Vygotskij, Eisenstein etc was already a semiotic activity and an object of the semiotics of cultural history. Third, the main research object of semiotics of culture is the hierarchy of the sign systems of culture and the existent as well as historical correlations between these sign systems. Such conceptualization of the research object of semiotics of culture turns the latter into a semiotics of cultural history. Emphasizing the semiotic aspect of cultural history can support the development of semiotics of culture in two ways. First, semiotics of culture has the potential of conducting more in-depth research of texts as mediators between the audience and the cultural tradition. Second, semiotics of culture as a semiotics of cultural history can be methodologically used for establishing a new chronotopical theory of culture. Richard A. RogersCultural appropriation is often mentioned but undertheorized in critical rhetorical and media studies. Defined as the use of a culture’s symbols, artifacts, genres, rituals, or technologies by members of another culture, cultural appropriation can be placed into 4 categories exchange, dominance, exploitation, and transculturation. Although each of these types can be understood as relevant to particular contexts or eras, transculturation questions the bounded and proprietary view of culture embedded in other types of appropriation. Transculturation posits culture as a relational phenomenon constituted by acts of appropriation, not an entity that merely participates in appropriation. Tensions exist between the need to challenge essentialism and the use of essentialist notions such as ownership and degradation to criticize the exploitation of colonized Wahyu Qur'anaAbdurrahman SidikPenggunaan lambang dan logo saat ini masih banyak yang tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya dibuat. Apabila mengacu pada pengertiannya, lambang dan logo memiliki makna yang berbeda pula. Penggunaan lambang dan logo juga banyak digunakan pada perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi yang menggunakan lambang dan logo yaitu Universitas Indonesia, Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan lainnya. Lambang digunakan untuk kepentingan internal di dalam perguruan tinggi, seperti penggunaan dalam spanduk acara di dalam kampus, skripsi, penulisan tugas dan makalah atau karya ilmiah. Sedangkan logo digunakan untuk kepentingan eksternal yang hubungannya dengan stakeholder perguruan tinggi, seperti kepentingan dengan instansi mitra dan atau alumni. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari hingga saat ini hanya menggunakan lambang dan tidak mempunyai logo. Lambang dan logo mempunyai peran dalam membentuk identitas visual perguruan tinggi. Identitas visual erat kaitannya dengan brand. Tujuan utama dalam membangun identitas visual yaitu agar produk atau jasa yang ditawarkan mampu melekat dengan kuat dalam pikiran dan hati konsumen. Jika dikaitkan dengan penelitian ini yaitu identitas visual perguruan tinggi seperti lambang dan logo berfungsi sebagai pembeda perguruan tinggi dengan yang lainnya, penerapan visi dan misi, kumpulan berbagai atribut fisik, emosi, pemahaman logis, karakteristik, performa, aset, dan janji dari perguruan tinggi itu sendiri. Peneliti melakukan perancangan identitas visual berupa logo Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari untuk memperkuat brand yang telah dibangun agar dapat dikenal masyarakat secara Kunci Brand, Desain, Identitas Visual, LogoJane DavisonPurpose This paper aims to explore the entangling of economic, social and cultural values which circulate in visual branding, reflect business practice and add intangibles to organisations. Design/methodology/approach The study is placed in the context of the difficulties and shortcomings of accounting for brands. A conceptual framework is constructed, based in critical theory from arts disciplines, notably from the thought of Barthes, Panofsky and Peirce. The icon is a primary denotation or representation. Iconography is a secondary level of coded meaning. Iconology is an interpretation that calls on the unconscious. Intermingling of the icon and the logos is considered. This accounting context and arts framework are used to compare the financial statements of the Bradford & Bingley Bank with its visual branding. Findings The financial statements are almost silent regarding brands, in line with regulation. In response to the greater competition that accompanied deregulation and globalisation, the Bank's lending and funding practices become more innovative. The visual framework reveals a changing iconography and iconology where class, detectives, music hall and the bowler‐object may be discerned. An iconology is suggested of dreamlike connotations and magical powers in the collective unconscious. The Bradford & Bingley have actively managed their visual branding to reflect and appeal to a changing society, and a more competitive business environment. Research limitations/implications The study provides a model which may be applied to visual aspects of financial reporting and branding. It would benefit from an assessment of readership impact. Practical implications The analysis is of interest to accounting researchers, practitioners, trainees and auditors. It illuminates the ways in which visual branding interacts with business practices and conveys intangible values that are not reflected in the accounts. Originality/value The paper augments theoretical and empirical work on visual images in Logo dalam Bingkai Tradisi Komunikasi Visual. Book ChapterD I AbdurrahmanAbdurrahman, D. I. 2019. Definisi Logo dalam Bingkai Tradisi Komunikasi Visual. Book Chapter. Bandung. Sunan Ambu is Visual Culture in Contemporary Theories of Media and CommunicationK BeckerBecker, K. 2004. Where is Visual Culture in Contemporary Theories of Media and Communication?. Nordicom Review. 25. and Communication StudiesJ FiskeFiske, J. 2006. Cultural and Communication Studies. Editor Idy Subandy Ibrahim, Cetakan III. Yogyakarta Jalasutra. ISBN 979-3684-19-4M FoucaultFoucault, M. 2019. Arkeologi Pengetahuan. Terjemahan Lathief S. Nugraha. Yogyakarta BasaBasi. ISBN 978-623-7290-17-9Signs and Symbols Their Design and MeaningA FrutigerFrutiger, A. 1989. Signs and Symbols Their Design and Meaning. Terjemahan Andrew Bluhm. New York Van Nostrand Reinhold. ISBN 0-442-23918-1Polysemiotic Elements of the State EmblemsO I MasimenkoP N KhromenkovMasimenko, O. I., Khromenkov, P. N. 2019. Polysemiotic Elements of the State Emblems. RUDN Journal of Language Studies, Semiotics and Semantics, 10 4. DOI 10. 22363/2313-2299-2019-10-4-947-956ISBN 979-692-238-X SumardjoA SoburSobur, A. 2016. Semiotika Komunikasi. Cetakan Keenam. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. ISBN 979-692-238-X Sumardjo, J. 2014. Estetika Paradok. Bandung Kelir. ISBN 978-602-17836-4-1 MasyarakatSunda lama adalah masyarakat yang sangat simbolis. Imajinasi mereka kaya akan bentuk-bentuk simbol. Mereka akrab dengan dunia transenden, dan karenanya peka terhadap referen simbol-simbol yang diambil dari ekologi lingkungannya. Membaca pantun tanpa persiapan pengetahuan ekologi alam Sunda tidak akan sampai pada pemahaman simbol

Daftar Isi Apa itu Budaya? Arti Budaya Menurut Para Ahli 1. Edward B. Tylor 2. Robert Redfield 3. Kroeber dan Clyde Kluckhohn Ciri-ciri Budaya 1. Turun-temurun 2. Kolektif 3. Dinamis 4. Integral 5. Mencerminkan Identitas Fungsi Budaya 1. Sebagai Sistem Komunikasi 2. Pengontrol Sosial 3. Sumber Pengetahuan 4. Sumber Kebahagiaan 5. Sumber Kekuatan Unsur-unsur dan Wujud Budaya Faktor Pembentuk Identitas Budaya 1. Latar Belakang Sejarah 2. Lingkungan 3. Agama 4. Politik 5. Ekonomi 6. Teknologi Contoh Budaya di Indonesia 1. Bahasa 2. Musik 3. Tarian 4. Adat-istiadat 5. Makanan - Budaya adalah identitas masyarakat. Di Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku tentunya memiliki beragam keunikan memahami beberapa budaya Tanah Air, meski mungkin ada beberapa pemahaman yang masih belum pernah kita lebih mengenal lagi tentang Indonesia dan kebudayaannya, simak berikut penjelasan mengenai budaya, ciri-ciri, dan contohnya. Apa itu Budaya?Pada buku Komunikasi Antarbudaya Dahulu Kini dan Nanti oleh Sihabuddin dkk dijelaskan konklusi pengertian budaya dari beberapa yaitu hasil penemuan atau ciptaan manusia yang disepakati dan digunakan secara bersama-sama. Atau lebih simpelnya, budaya berasal dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk adalah sekumpulan norma, tata cara, dan kebiasaan yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat yang berlaku secara merupakan bagian integral dari kehidupan suatu masyarakat dan terdiri dari berbagai elemen seperti bahasa, sastra, seni, musik, tari, tradisi, adat-istiadat, makanan, pakaian, dan juga merupakan bagian dari identitas suatu masyarakat dan membentuk cara hidup, pikiran, dan sikap masyarakat tersebut terhadap dunia di Budaya Menurut Para AhliBerikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai arti budaya1. Edward B. TylorAntropolog Inggris ini menjelaskan bahwa budaya adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, termasuk kepercayaan, kebiasaan, seni, moral, hukum, pertukaran, dan Robert RedfieldAntropolog Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan cara hidup yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat, termasuk kepercayaan, kebiasaan, nilai-nilai, dan tata cara Kroeber dan Clyde KluckhohnDua antropolog Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan sistem simbol yang digunakan oleh suatu kelompok masyarakat untuk mengkomunikasikan ide, sikap, dan ini adalah beberapa ciri-ciri budaya1. Turun-temurunBudaya diturunkan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi, yaitu proses individu mempelajari norma-norma dan kebiasaan yang dianut oleh kelompok masyarakat tempat mereka KolektifBudaya merupakan milik bersama suatu kelompok masyarakat dan tidak dimiliki oleh individu DinamisBudaya tidak statis, melainkan selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat itu IntegralBudaya merupakan bagian integral dari kehidupan suatu masyarakat dan terdiri dari berbagai elemen seperti bahasa, sastra, seni, musik, tari, tradisi, adat-istiadat, makanan, pakaian, dan Mencerminkan IdentitasBudaya merupakan bagian dari identitas suatu masyarakat dan membentuk cara hidup, pikiran, dan sikap masyarakat tersebut terhadap dunia di BudayaBerikut ini adalah beberapa fungsi budaya bagi kehidupan masyarakat1. Sebagai Sistem KomunikasiBudaya membantu masyarakat dalam berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol yang dikenal Pengontrol SosialBudaya membantu masyarakat dalam mengontrol perilaku individu agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Sumber PengetahuanBudaya menyimpan segala pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupannya, termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam, memelihara ternak, menyusun rumah, dan Sumber KebahagiaanBudaya juga dapat memberikan kebahagiaan bagi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seni dan hiburan yang diadakan sesuai dengan tradisi masing-masing Sumber KekuatanBudaya dapat menjadi sumber kekuatan bagi suatu masyarakat karena dapat memperkuat solidaritas dan kebersamaan di antara dan Wujud BudayaBerikut ini adalah beberapa unsur-unsur budaya dikutip dari buku Sosiologi Suatu Pengantar oleh Soerjono SoekantoPeralatan dan perlengkapan hidup manusia seperti pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi seperti pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan kemasyarakatan seperti sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem baik bahasa lisan maupun seperti seni rupa, seni suara, seni gerak, dan atau sistem wujud budaya menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, terbagi menjadi tigaWujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya Pembentuk Identitas BudayaBerikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas budaya suatu masyarakat1. Latar Belakang SejarahLatar belakang sejarah masyarakat sangat mempengaruhi pembentukan identitas yang memiliki sejarah yang panjang akan memiliki identitas budaya yang kuat dan terakumulasi dari segala pengalaman dan peristiwa yang terjadi di masa LingkunganLingkungan masyarakat tinggal juga mempengaruhi pembentukan identitas yang tinggal di daerah yang memiliki iklim dan sumber daya alam yang berbeda akan memiliki identitas budaya yang berbeda AgamaAgama merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pembentukan identitas budaya suatu masyarakat. Masyarakat yang memeluk agama yang sama akan memiliki identitas budaya yang PolitikPolitik juga dapat mempengaruhi pembentukan identitas budaya suatu masyarakat. Masyarakat yang tergabung dalam negara yang sama akan memiliki identitas budaya yang serupa EkonomiEkonomi juga mempengaruhi pembentukan identitas budaya suatu masyarakat. Masyarakat yang memiliki sumber daya ekonomi yang berbeda akan memiliki identitas budaya yang berbeda TeknologiTeknologi juga mempengaruhi pembentukan identitas budaya suatu masyarakat. Masyarakat yang memiliki tingkat teknologi yang berbeda akan memiliki identitas budaya yang berbeda Budaya di IndonesiaBerikut ini adalah beberapa contoh budaya di Indonesia1. BahasaBahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Indonesia dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh seluruh masyarakat Indonesia juga merupakan bagian dari bahasa Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam bentuk seperti puisi, cerita, dan drama, yang mencerminkan kepribadian masyarakat MusikMusik Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan instrumentasi, genre, dan lain-lain, mencerminkan kepribadian dan nilai-nilai masyarakat berupa musik di Indonesia diwariskan melalui lagu dan alat musik daerah. Salah satu contohnya yakni alat musik Sasando dari Nusa Tenggara TarianTari Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan tema, gerakan, dan musik yang sangat kental dengan adat Indonesia. Beberapa contohnya yaitu tari Pendet dari Bali dan Jaipong dari Jawa Adat-istiadatAdat-istiadat Indonesia terdiri dari berbagai macam tata cara yang harus diikuti dalam kehidupan sehari-hari di satu adat istiadat yang masih dilestarikan yakni rumah adat dan pakaian adat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam model, warna, dan bahan yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat contohnya yakni rumah adat Bale Gede dari Bali dan pakaian Baju Bodo dari Bugis, Sulawesi MakananMakanan Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan bahan dan cara Indonesia diturunkan secara turun temurun dan memiliki citarasa yang khas. Beberapa contohnya yakni Gudeg dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Rendang dari Sumatera Barat, dan masih banyak detikers, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai budaya. Sekarang kamu sudah paham, kan? Bisa sebutkan contoh lain dari budaya Indonesia? Simak Video "Pesona Wisata Sumenep Pantai, Sejarah, dan Tradisi" [GambasVideo 20detik] aau/inf

KEBUDAYAANDAN MASYARAKAT. Unsur-unsur kebudayaan; Fungsi kebudayaan bagi masyarakat; Simbol, bahasa dan nilai; Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Simbol dalam kebudayawaan di Indonesia ini sangatlah banyak, dan jika kita mempelajarinya satu-persatu atau daerah perdaerah membutuhkan waktu yang lama. Untuk mempelajari simbol, karakter dan kebiasaan budaya suatu masyarakat perlu kita kuasai sebelum mengunjungi daerah tersebut, baik simbol verbal maupun nonverbal, seperti boleh atau tidaknya mengatakan suatu kalimat atau melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan di daerah tersebut. Tiap daerah dan masyarakat tidak sama dalam larangan dan anjuran, seperti contoh mudah; suatu daerah tidak boleh menyebut nama "a**" anjing, bagi daerah tersebut, sebutan itu dianggap menghina, dianggap menyinggung, namun didaerah lain sebutan itu dianggap guyonan antar teman, dianggap biasa saja. Seperti juga budaya barat, ancungan jari tengah menjadi simbol penghinaan. Sedangkan di daerah lain, remaja-remaja maupun orang dewasa mengancungkan jari tengah sebagai hal biasa, dianggap simbol lelucon dan hanya ikut-ikutan budaya melihat proses-proses terbentuknya simbol yang terus berlangsung dalam kehidupan kita. Lambang kepangkatan militer, pemerintahan, cincin, emas, berlian, intan atau lembaran kertas seperti obligasi dapat melambangkan kekayaan, salib dapat melambangkan kepercayaan agama, tanda pengenal, jimat, pita-pita, gaya rambut, atau tato dapat menjadi lambang afiliasi-afiliasi sosial. Proses simbolik menembus kehidupan manusia dalam tingkat yang berbeda-beda dari keluarga kecil hingga keluarga besar, dari orang kecil hingga orang-orang besar, dari suku pedalaman hingga tingkat sultan. Cara lain untuk mengurangi ketidaktahuan kita dalam membaca simbol budaya daerah lain adalah berkomunikasi bertanya-tanya kepada orang dari budaya tersebut, bertanya kepada Google dengan menanyakan hal-hal yang baik ataupun yang buruk. Mempelajari cara berkomunikasinya dengan benar baik agar tidak terjadi kekeliruan yang mengakibatkan kita salah berinteraksi. Kebanyakan masyarakat kita cenderung menghormati adat istiadat daerah yang akan kita kunjungi ketimbang mempelajari aturan-aturan yang ada didalam daerah tersebut, seperti sebagian kita yang masuk kedalam rumah mengenakan sandal, dan sebagainya. Seperti kebiasaan memotong rambut bayi, cara memotong ketupat saat lebaran, cara menghantar makanan ke masjid-masjid untuk di makan bersama-sama dan lain sebagainya. Sedangkan peraturan-peraturan yang telah ada dan peraturan yang di buat sekarang yang menurut perkembangan waktu/jaman berbeda, seperti acara makan bersama dikampung-kampung menggunakan dulang diganti dengan nasi kotak atau nasi bungkus. Cara ini di buat agar praktis, namun ini sudah lari jauh dari kaidah-kaidah atau aturan yang diajarkan masyarakat turun itu, bagaimana juga cara bersikap saat berkunjung ke suatu daerah, sedangkan masyarakat daerah itu saat menyambut tamu menghidangkan makanan haram kepada tamu yang beragama islam, sedangkan itu merupakan adat istiadat mereka. Makanan juga bersifat simbolik. Peraturan-peraturan makan dalam agama tiap agama dan kepercayaan dilaksanakan untuk melambangkan ketaatan kepada agamanya. Makanan-makanan yang bersifat khusus biasanya digunakan untuk melambangkan festival-festival dan peristiwa-peristiwa keagamaan dan kepercayaan. Cara makan dan makanan telah menjadi perilaku yang simbolik sepanjang sejarah meraka. Dalam hal ini, umat yang beragama Islam yang memiliki banyak pantangan dalam makanan ada baiknya berkomunikasi dengan ketua adat di daerah tersebut atau orang-orang yang berpengaruh, dan membicarakan masalah ini dengan tenang tanpa maksud menyinggung perasaan masyarakat adalah cara yang terbaik menghindari permasalahan, namun selama ini masyarakat yang sedang merayakan hari besar agamanya pasti menghormati agama yang lain, dan cara menghormati budaya mereka adalah mengikuti adat istiadat mereka dengan mengikuti peraturan mereka tanpa menyinggung perasaan mereka dan menjauhi simbol-simbol yang haram bagi agama islam. Saling menghormati dan menghargai merupakan jalan tengah terbaik, dan kita harus memulai ini untuk menghormati dan menghargai budaya-budaya daerah lainnya. Lihat Sosbud Selengkapnya

42 simbol terpenting dalam kebudayaan masyarakat adalah? a. bahasa b. artistik c. kesenian d. pakaian e. alat music 43. Faktor penyebab keragaman budaya sebagai berikut, kecuali..? a. keberagaman warna kulit b. Keberagaman suku bangsa c. keberagaman religi d. keberagaman bahasa e. keberagaman seni dan budaya

Humans as God's most perfect creatures create their own culture and preserve it from generation to generation. Culture is part of the journey of human life. Based on history, culture or culture is something that cannot be separated from human life. Culture is the result of human creativity. Culture exists because of humans and humans develop a variety of cultures according to their needs and desires. Culture develops according to the human environment. Apart from being social creatures, humans also interact with fellow humans according to their habits and habits which in the end become a culture that is always carried out. Culture is a product of human creation. In other words, culture exists because humans created it and humans can live in the midst of the culture they created. Culture will continue to live when humans become residents and culture has enormous uses for all aspects of human life. Culture, which is a universal phenomenon, where every human being in the world has a culture, even though the shape symbol and style, of the culture that is owned varies from various tribes, nations, and races. In the end, the culture that humans have shows their similarities in accordance with human nature and every culture has a place and society is a place for that culture. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 KONSEP SIMBOL KEBUDAYAAN SEJARAH MANUSIA BERAGAMA DAN BERBUDAYA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Abdurraman Kepulauan Riau Correspondence ningratna_sinta Humans as God's most perfect creatures create their own culture and preserve it from generation to generation. Culture is part of the journey of human life. Based on history, culture or culture is something that cannot be separated from human life. Culture is the result of human creativity. Culture exists because of humans and humans develop a variety of cultures according to their needs and desires. Culture develops according to the human environment. Apart from being social creatures, humans also interact with fellow humans according to their habits and habits which in the end become a culture that is always carried out. Culture is a product of human creation. In other words, culture exists because humans created it and humans can live in the midst of the culture they created. Culture will continue to live when humans become residents and culture has enormous uses for all aspects of human life. Culture, which is a universal phenomenon, where every human being in the world has a culture, even though the shape symbol and style, of the culture that is owned varies from various tribes, nations, and races. In the end, the culture that humans have shows their similarities in accordance with human nature and every culture has a place and society is a place for that culture. Keyword Symbol, Religion, Culture.***** Info Publikasi Artikel Kajian Library Research Sitasi Cantuman Ning Ratna Sinta Dewi. 2022. Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama ARJ, 21, 1-10. DOI Hak Cipta © 2022. Dimiliki oleh Penulis, dipublikasi oleh ARJ Dikirim Januari 2022 Direview Februari 2022 Dipublikasi Maret 2022 Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 2 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya ABSTRAK Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Kebudayaan merupakan bagian dari perjalanan kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, budaya atau kebudayaan adalah hal yang tidak bisa dipisah dari kehidupan manusia. Budaya merupakan hasil dari kreativitas yang dimiliki manusia. Budaya ada karena adanya manusia dan manusia mengembangkan beraneka ragam kebudayaan sesuai dengan kebutuhan dan juga keinginan. Budaya berkembangan sesuai dengan lingkungan manusia. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga melakukan interaksi dengan sesama manusia sesuai dengan kebiasaan yang dimiliki dan kebiasaan itu yang pada akhirnya menjadi budaya yang selalu dilakukan. Kebudayaan yang merupakan produk ciptaan manusia. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup pada saat manusia tersebut menjadi pendudukungnya dan kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan yang merupakan suatu fenomena yang bersifat universal, dimana setiap manusia di dunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk simbol dan corak, dari kebudayan yang dimiliki berbeda-beda dari berbagai suku, bangsa, dan ras. Pada akhirnya kebudayaan yang dimiliki manusia menampakkan kesamaannya sesuai dengan kodrat manusia dan setiap kebudayaan memiliki wadah dan masyarakat adalah wadah dari kebudayaan tersebut. Kata Kunci Simbol, Agama, Kebudayaan. ***** A. Pendahuluan Masyarakat Indonesia pada awalnya banyak menganut paham animisme dan dinamisme, yaitu sebuah paham yang mempercayai bahwa benda-benda tertentu diyakini memiliki kekuatan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu. Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia, Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat Khairil Fazal, 2021. Sebaliknya agama dan kebudayaan mempunyai relasi yang sangat kuat. Sebab keduanya memiliki nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Selain itu, kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di lingkungannya. Namun perlu ditegaskan bahwa ada perbedaan. Agama itu sudah final, abadi, dan tidak mengenal perubahan. Sementara itu kebudayaan dapat berubah. Namun keduanya dapat saling menggeser dikerenakan daya akal yang dimiliki oleh manusia lama kelamaan akan semakin maju dan berkembang sesuai dengan tingkat kreatifitas yang ada dalam diri manusia. Simbol dalam budaya dihubungakan dengan tanda, dimana tanda tersebut memiliki makna dan juga peranan dalam kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan budayanya Rafael Raga Maran, 2007. Simbol yang digunakan dalam budaya juga akan mempengaruhi tindakan manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya. Sedangkan dalam sejarah dijelaskan bahwa manusia beragama dan memiliki rasa percaya terhadap agama diawali karena rasa 3 takutnya dan ketidak mampuan manusia dalam menghadapi segala persoalan yang terjadi di dunia ini. Tidak hanya dalam persoalan agama, dalam permasalahan budaya. Manusuia awal yang diciptakan oleh Tuhan pertama kali diajarkan mengenai cara pengabdian, yang jika dikaitkan dengan budaya maka, penggunaan akal dalam diri manusia memang sudah ada sejak manusia itu terlahir Sahar Santri, 2015. Selain itu, tindakan yang ada dalam diri manusia juga merupakan bawaan alamiah yang dimiliki oleh manusia sejak di lahir, dan itu juga merupakan bagian dari budaya. B. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan pada pembahasan tentang Konsep Simbol Kebudayaan Pada Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya yakni dengan memnggunakan metode studi pustaka library reseacrh. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan bukit-bukit berupa dokumen tulisan yang berkaitan dengan persoalan yang membahas tentang simbol-simbol kebudayaan dan agama dalam sejarah manusia. C. Pengertian Konsep Simbol Kebudayaan Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana, rancangan, atau juga ide dan gagasan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani “symbolos”dapat diartikan sebagai tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol atau lambang bisa diartikan sebagai sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, ataupun tanda yang berhubungan dengan benda-benda. The Liang Gie menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan yang bukan berwujud kata-kata, yang digunakan untuk mewakili atau menyingkati sesuatu makna tertentu. Selain itu, simbol sering dihubungkan dengan tanda, dimana hubungan antara tanda dan objek The Liang Gie, 1997. yang bersifat semena-mena arbiter. Setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier penanda dan signified petanda”. Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna’ atau coretan yang bermakna’. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa apa yang dikatakan atau yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Simbol juga dianggap persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran. Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya manusia”. Konsep simbol dalam kebudayaan dapat Budiono Herusatoto, 2008 diartikan sebagai suatu rancangan ataupun ide-ide atau gagasan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan kebudayaan, yang menjadi sebuah ciri atau identitas dari suatu kebudayaan tersebut. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 4 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya D. Simbol dan Budaya Manusia Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau suatu tindakan yang telah mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri pada simbol-simbol tersebut. Sejarah telah mencatat, bahwa sejarah budaya manusia telah memiliki simbol dan juga telah mewarnai berbagai tindakan-tindakan dan juga tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan dan juga kehidupan keagamaan dari manusia Budiono Herusatoto 46. Simbol dalam catatan sejarah manusia dapat dilihat dari berbagai kisah keagamaan, misalnya dalam agama Islam. Simbol selalu dikaitkan dengan segala bentuk upacara-upacara keagamaan dan juga kisah-kisah tentang riwayat kehidupan para Nabi, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Simbol juga melekat dalam berbagai bentuk ibadah manusia, baik itu cara berdoa manusia yang dari masa dahulu hingga sekarang tentunya memiliki ciri khas yang sama, yaitu dengan cara menengadahkan tangan keatas dan juga kadang-kadang kepala mendongak keatas langit, dan seolah-olah segala doa yang diucapkan manusia siap mendapatkan balasan dari Tuhan yang ada di atas langit. Pada dasarnya, segala bentuk upacara keagamaan ataupun upacara peringatan apapun yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk dari simbol yang semuanya pasti berbeda-beda. Hal selanjutnya yang sangat menonjol dari simbol budaya manusia adalah dalam persoalan tradisi atau adat istiadat. Dimana diketahui upacara-upacara adat yang ada pada manusia merupakan warisan turun temurun dari generasi terdahulu hingga sekarang, dan tentu melekat dalam setiap diri manusia yang mempunyai budaya yang tinggi. Segala bentuk dan warna dari kegiatan simbol yang dilakukan oleh masyarakat tradisional adalah upaya untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya, yang menciptakan dan memberikan kehidupan serta memelihara manusia di dunia ini. Selain itu, simbol juga memiliki peranan dalam ilmu pengetahuan. Namun penggunaan simbol pada ilmu pengetahuan jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penggunaan simbol pada adat istiadat. Simbol yang digunakan pada ilmu pengetahuan hanya berupa gambar-gambar yang digunakan sebagai cara untuk mempermudah manusia mengetahui dan mengingat tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. E. Simbol dan Tindakan Manusia Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan dengan begitu manusia juga dikatakan sebagai makhluk yang memiliki simbol. Kebudayaan juga dikatakan sebagai sistem simbol, maksudnya sistem simbol perorangan dan hubungannya dengan sistem perorangan lain. Perorangan di sini dianggap sebagai manusia-manusia yang sedang melakukan kegiatan simbolis bersama dalam suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan upacara adat Purwadi, 2002. 5 Manusia dalam hubungannya dengan simbol kebudayaan memiliki beberapa tindakan yang berbeda-beda yang terwujud dalam kebudayaan, antara lain 1. Tindakan Praktis, tindakan praktis ini dikatakan sebagai tindakan biasa. Artinya tindakan yang tidak menyebabkan terjadinya sesuatu, atau ada suatu hal yang tidak ditampilkan. Tindakan seperti ini dikaitkan dengan komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain yang berisi tentang pemberitahuan, penunjukkan, atau pengenalan sesuatu lainnya. Kegiatan ini merupakan awal mulanya terjadinya suatu simbol dalam diri manusia. 2. Tindakan Pragmatis. Tindakan ini digunakan dalam komunikasi manusia guna untuk mempererat hubungan dengan manusia lainnya. Selain itu, tindakan pragmatis ini adalah tahap dimana manusia dapat membedakan antara kegiatan yang berkaitan dengan simbol. Dalam tindakan ini, biasanya manusia memberikan suatu gambaran terhadap simbol yang digunakan. Akan tetapi simbol yang digunakan bersifat sementara dan sangat dibatasi oleh waktu. Misalnya persoalan tukar cincin yang merupakan simbol terjadi pertukaran dan akan terjadinya hubungan baru, dan semua itu tergantung oleh waktu. 3. Tindakan Efektif, dalam tindakan ini manusia dituntut harus mampu berkomunikasi secara efektif dan sifatnya menyeluruh dan juga memiliki batasan waktu. Akan tetapi, tindakan efektif ini berlangsung tanpa syarat. 4. Tindakan Simbolis, tindakan ini sifatnya berjangka panjang dan biasanya digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tindakan simbolis ini memberikan suatu hal yang dapat menguntungkan bagi manusia, karena adanya hubungan timbal balik yang terjadi saat tindakan simbolis ini berlangsung. Selain itu, tindakan simbolis ini banyak dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat alamiah. Tindakan simbolis ini terkadang berkaitan dengan sejarah Budiono Herusatoto, 2008. Kedudukan simbol dalam kebudayaan dan juga dalam tindakan manusia yaitu sebagai salah satu dari inti kebudayaan dan juga sebagai salah satu pertanda dari tindakan manusia. Selain itu, simbol yang berupa benda, keadaan atau hal yang sebenarrnya bebas dan terlepas dari tindakan manusia. Namun sebaliknya, tindakan manusia harus selalu menggunakan simbol-simbol sebagai media penghantar dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah berupa tindakan. Tanpa adanya simbol maka manusia tidak akan dapat melakukan suatu tindakan Soerjanto Poespowardojo, 1977. F. Hubungan Agama dan Budaya Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek dan budaya yang bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu kehiduapn masyarakat. Dalam kehidupan manusia, agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya memliki hubungan yang sangat erat, agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan budaya adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 6 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan. agama dan kebudayaan saling mempengaruhi kebudayaan, kelompok masyarakat, dan suku bangsa Jacobus Ranjabar, 2006. Budaya dan agama sangat erat kaitannya dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai perilaku masyarakat selalu dikaitkan dengan agama, meskipun dalam aktivitas apa pun selalu didominasi oleh budaya. Adakalanya dalam ritual tertentu budaya lebih didominasi daripada agama. Namun sebaliknya adakalanya agama lebih berperan dari pada budaya tergantung dari ritual yang dilakukan. Kondisi ini menjadikan budaya dan agama berkaitan erat dalam kehidupan masyarakat saat ini Muhammad, 2020. Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan ntuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran Laode Monto Bauto, 2014. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. Misalnya manusia menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul berma- syarakat, dan sebagainya Laode Monto Bauto, 2014. G. Sejarah Manusia Beragama dan Budaya Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia, hal ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing- masing plural jamak dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam”. Sebagai negara yang plural dan heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur, dan multi agama yang kesemuanya merupakan potensi untuk membangun negara multikultur yang besar “multikultural nation- state”. Keragaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu Mahdayeni et all, 2019 konflik dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin pada masyarakat Indonesia diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang mengandung makna meskipun Indonesia berbhinneka, tetapi terintegrasi dalam kesatuan. Hal ini merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang bersatu dalam suatu kekuatan dan kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara yang harus diinsafi secara sadar. 7 Agama berasal bahasa Sanksekerta yaitu dari kata “gam” yang artinya pergi. Selain itu kata agama juga dapat dijabarkan sebagai “A” yang berarti tidak, dan “ gama” yang berarti kacau. Jadi agama dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak kacau Bahrum Rangkuti, 1986. Agama dapat diartikan sebagai suatu peraturan Allah yang diturunkan-Nya kepada manusia melalui perantaraan Rasulnya, untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia, dalam menjalankan kehidupannya disegala aspek, sehingga manusia dapat mencapai kejayaan hidup secara lahirian dan batiniah dan bahagia di dunia dan akhirat. Selain itu di dalam agama juga terdapat unsur-unsur yang harus diketahui, antara lain; 1. Adanya peraturan dari Allah Swt 2. Adanya ajaran yang disampaikan oleh Rasul kepada manusia, dan 3. Adanya tujuan yang ingin dicapai oleh manusia. Ketiga unsur itulah yang melekat dalam setiap agama yang ada di dunia ini Syahmin Zaini, 1986. Sejarah tentang manusia beragama dalam kajian kebudayaan berhubungan dengan bebarapa kejadian yang menyebabkan manusia itu merasa bahwa agama itu sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Sejarah agama dalam kajian budaya ada dua hal yang menjadi persoalan, yaitu tentang asal-usul lahirnya agama dan juga perkembangan agama dalam kehidupan manusia Bustanuddin Agus, 2007. Agama berkembangan dalam kehidupaan manusia disebabkan oleh beberapa faktor 1. Adanya ketidak mampuan yang dimiliki oleh manusia dalam menghadapi persoalan yang terjadi dialam, misalnya terjadinya bencana alam menjadikan manusia dapat mengetahui tentang bukti adanya Tuhan. 2. Ketidak mampuan manusia dalam melestarikan dan menjaga sumber daya yang ada di alam, seperti tidak mampu manusia memberikan jaminan untuk membuktikan bahwa matahari akan tetap bersinar meskipun dalam keadaan mendung. 3. Ketidak mampuan manusia dalam menjalin dan mengatur tindakan manusia untuk damai dengan sesama manusia lainnya. Ketiga hal tersebut yang menjadikan manusia pada awalnya mempercayai akan kekuatan yang ada di dunia ini, yaitu kekuatan gaib dari yang Maha mampu memberikan keselamatan, kelestarian, serta yang membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Koentjaraningrat menyatakan bahwa ada beberapa komponen yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, yaitu Koentjaraningrat, 1987 Emosi keagamaan, Sistem keyakinan, Sistem ritual dan upacara, Peralatan ritual dan upacara serta Umat beragama. Kebudayaan atau budaya, menurut Kontjaraningrat dapat diartikan sebagai “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyrakat yang dijadikan mili diri manusia dengan belajar”. Dengan demikian, kebudayaan adalah keseluruhan dari kehidupan manusia yang terpola dan didapatkan dengan belajar atau diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya secara turun temurun. Hasil dari kebudayaan itulah yang nantinya terus menerus berkembang Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 8 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya dan bahkan mendarah daging dalam kehidupan manusia. Jika dilihat dari sejarah, budaya pada manusia sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan oleh Tuhan. Budaya itu sudah ada secara alamiah dalam diri manusia, akan tetapi budaya berkembang sesuai dengan ide dan kreativitas manusia dan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. H. Kondisi dan Situasi Kritis Keberagamaan Adalah suatu realitas bahwa unsur religius sebagai keunikan umat manusia itu membawa ekses negatif dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga manusia harus memikirkan hakikatnya kembali dalam peran sebagai makhluk moral. Apalagi kekhususan manusia adalah makhluk agama juga, yang dianggap sebagai faktor baik dalam kehidupan umat manusia, karena terkait dengan kesucian ilahi dan kebaikan moral religius. Namun, justru unsur religius itu membawa ekses negatif dalam peradaban manusia, sehingga manusia harus memikirkan kembali peran moralnya sebagai makhluk religius. Tidak seperti moral alamiah yang seringkali tanpa batas-batas nilai yang relatif dari dirinya sendiri manusia, maka moral agama seharusnya memainkan peranan penting dalam kemanusiaan. Untuk itu, manusia masa kini harus menyadari dirinya sebagai “makhluk religius” dalam suatu kebudayaan yang luhur dan terus selalu mengingatkan, agar tidak keluar dari konsep-konsep kesucian agamanya. Karena keberadaan agama dituduh sebagai “anasir jahat” yang dipakai untuk melukai sesama manusia, karena sikap dan hati saling membenci berkepanjangan dari ajaran agama. Beberapa orang sering berdalih, bahwa konflik itu dikarenakan soal penafsiran agama yang melenceng oleh kaum ekstrimis, bahkan sampai pada penilaian agama itu sendiri mengandung jahatnya sendiri-sendiri Togardo Siburian, 2016. Secara teoritis hal ini pernah diakui juga, walau tidak sepenuhnya soal efek agama. Menurut profesor ilmu budaya UGM, Loekman Soetrisno dalam bukunya yang berfokus kasus di Indonesia, “Agama merupakan wahana yang sangat efektif untuk memobilisasi masa guna mencapai tujuan negatif seperti penyebab konflik karena, walaupun di halaman lain beliau berpendapat agama bukanlah penyebab utama konflik di masyarakat, namun “agama adalah salah satu faktor penyebab dari sekian banyak faktor yang menjadi penyebab konflik,” misalnya “Birokrasi yang tidak teratur dan kesenjangan sosial antarkelompok dan ketidakberdayaan ekonomi politik yang tinggi.” Di sini cukup diakui bahwa agama dapat menjadi faktor potensial untuk mendinginkan nurani manusia dan sangat berbahaya dalam relasi-relasi antarumat yang berbeda, untuk menjadi sarana permusuhan dalam hati. Sejalan dengan esensi keagamaan yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara individual maupun komunal di dalam kebiasaan-kebiasaan umum budayanya. Manusia sebagai “makhluk budaya” yang beragama akan mempengaruhi keseluruhan kehidupan, baik dalam proses pemikiran, perkataan, tindakan pribadi, perubahan sosial, dan lain-lain. Dalam konteks ini biasanya disebut menjadi “system kepercayaan”. Secara antropologis, kebudayaan adalah semacam cara pandang seseorang ketika bertindak dalam berkehidupan, berbicara, berpikir, dan lain lain. Agama sangat mempengaruhi 9 budaya manusia sebagai suatu sistem simbol yang beraksi untuk mempengaruhi dan membentuk cara-cara manusia dalam tindakan dinamis sehari-hari. Kesimpulan Keyakinan umat Islam selalu berorientasi kepada kebenaran, dan tidak Simbol atau lambang bisa diartikan sebagai sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, ataupun tanda yang berhubungan dengan benda-benda. Simbol sering dihubungkan dengan tanda, dimana hubungan antara tanda dan objek yang bersifat semena-mena arbiter. Setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier penanda dan signified petanda. Konsep simbol dalam kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu rancangan ataupun ide-ide atau gagasan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme. Kedudukan simbol dalam kebudayaan dan juga dalam tindakan manusia yaitu sebagai salah satu dari inti kebudayaan dan juga sebagai salah satu pertanda dari tindakan manusia. Selain itu, simbol yang berupa benda, keadaan atau hal yang sebenarrnya bebas dan terlepas dari tindakan manusia. Agama dapat diartikan sebagai suatu peraturan Allah yang diturunkan-Nya kepada manusia melalui perantaraan Rasulnya, untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia, dalam menjalankan kehidupannya disegala aspek. Sejarah agama dalam kajian budaya ada dua hal yang menjadi persoalan, yaitu tentang asal-usul lahirnya agama dan juga perkembangan agama dalam kehidupan manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan dari kehidupan manusia yang terpola dan didapatkan dengan belajar atau diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya secara turun temurun. Kebudayaan itu lahir pada saat manusia itu sudah mampu melakukan aktivitas dalam kehidupannya. Karena budaya itu secara alamiah sudah ada dan melekat dalam diri setiap manusia.” REFERENSI Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama, cet I, Jakarta Grafindo Persada, 2007. Herusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, cet. I, YogyakartaOmbak, 2008. Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta UI Press, 1987. Mahdayeni et all, Manusia Dan Kebudayaan Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia Dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber Penghidupan, dalam TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 2 Agustus 2019. Maran Rafael Raga, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta Rineka Cipta, 2007 Poespowardojo, Soerjanto, Filsafat tentang Manusia, cet. I, JakartaGramedia, 1977. Purwadi, Penghayatan Keagamaan Orang Jawa, cet. I, YogyakartaMedia Presindo, 2002. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 10 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet II, Jakarta Balai Pustaka, 2007. The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidang Filsafat, Yogyakarta Karya Kencana, 1997. Togardo Siburian, Menuju Kesetaraan Dalam Beragama Yang Berbudaya Refleksi Seminarian Injili, dalam SOCIETAS DEI, Vol. 3, No. 2 Oktober 2016. Zaini, Syahmin, Mengapa Manusia Harus Beragama, cet I, Jakarta Kalam Mulia, 1986. Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Khairil Fazal, M. 2021. Hubungan Simbiosis Masyarakat Aceh Besar Dengan Tradisi Hindu. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama, 1. Laode Monto Bauto. 2014. Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23,. Muhammad. 2020. Hubungan Agama dan Budaya Pada Masyarakat Gampong Kereumbok Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Substantia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Volume 22. Sahar Santri. 2015. Pengantar Antropologi Integrasi Ilmu Dan Agama 1 ed.. cara baca. All publication by Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama are licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi Internasional ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MuhammadThis research paper article aims to reveal the correlation between religion and culture of “Keureumbok village” community based on the theory proposed by Geertz. The researcher investigated the paradigm displayed through an interpretive anthropological context to pinpoint religion as a system consisting of various symbols that have meaning. According to Geertz, religion is labeled as a system of symbols that exists and constructs cultural patterns, which in turn can form a model. In other words, religion is a model for reality truth, which can only be perfectly and precisely acquired through interpretations. An interpretative method is a way that socially presents and scrutinizes empirical data about the real truth reality, or social fact. The more sources can be collected, the higher the trust will be earned. In the case of religion and culture in the lay community of “Keureumbok village” in Aceh, the researcher viewed that the link was more closely related. It is found that “Keureumbok” people rely more on religious symbols, which are the manifestations of cultural elements. People, who previously value religion, instead decide to blend in religious life to avoid being shunned from the community to such an extent that religion and culture are interconnected in Aceh. Surprisingly, cultures dominantly play a role in society than in religious values. Abstrak Artikel ini bertujuan melihat kaitan agama dan budaya pada masyarakat Gampong Keureumbok berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Geertz. Peneliti mengkaji kerangka pemikiran yang ditampilkan melalui konteks antropologis interpretatif. Untuk memahami agama sebagai suatu sistem yang terdiri atas berbagai simbol yang mempunyai makna. Menurut Geertz agama dideskripsikan sebagai suatu sistem simbol-simbol yang ada dan membuat pola-pola budaya, yang pada gilirannya dapat membentuk model. Dengan kata lain, agama adalah model untuk realitas hanya dapat diperoleh dengan baik dan tepat melalui cara-cara interpretasi. Metode interpretatif adalah sesuatu cara yang menyajikan dan menjelaskan data empiris secara sosial mengenai kenyataan yang sesungguhnya realitas, social fact fakta sosial. Semakin banyak sumber laporan maka akan muncul kepercayaan yang tinggi terhadap laporan tersebut. Refleksi penulis dalam kasus agama dan budaya pada masyarakat awam di Keureumbok Aceh, lebih erat kaitannya. Penulis menemukan bahwa masyarakat Keureumbok lebih percaya pada symbol agama yang merupakan manifestasi dari unsur budaya. Masyarakat yang sudah memahami agama justru memilih melebur dalam kehidupan keagamaan, agar tidak dikucilkan dari kelompok masyarakat, sehingga di Aceh agama dan budaya saling terkait dan bahkan lebih dominan budaya yang berperan dalam masyarakat dari pada nilai-nilai AgusAgama Dalam KehidupanManusiaAgus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama, cet I, Jakarta Grafindo Persada, 2007.Budiono HerusatotoSimbolisme JawaHerusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, cet. I, YogyakartaOmbak, 2008.KoentjaraningratKoentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta UI Press, 1987.The Liang GieThe Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidang Filsafat, Yogyakarta Karya Kencana, 1997.Togardo SiburianTogardo Siburian, Menuju Kesetaraan Dalam Beragama Yang Berbudaya Refleksi Seminarian Injili, dalam SOCIETAS DEI, Vol. 3, No. 2 Oktober Sosial Budaya Indonesia Suatu PengantarJacobus RanjabarJacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Ghalia Khairil FazalKhairil Fazal, M. 2021. Hubungan Simbiosis Masyarakat Aceh Besar Dengan Tradisi Hindu. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama, 1. Monto BautoLaode Monto Bauto. 2014. Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23,. . 205 453 377 364 90 435 104 117

simbol terpenting dalam kebudayaan masyarakat adalah